Pesantren, pondok pesantren,
atau sering disingkat pondok atau ponpes, adalah sekolah Islam
berasrama yang terdapat di Indonesia.
Pendidikan di dalam pesantren bertujuan untuk memperdalam pengetahuan tentang al-Qur'an dan Sunnah Rasul, dengan mempelajari bahasa Arab dan kaidah-kaidah tata bahasa-bahasa Arab. Para
pelajar pesantren (disebut sebagai santri) belajar di sekolah ini, sekaligus
tinggal pada asrama yang disediakan oleh pesantren. Institusi sejenis juga terdapat di negara-negara lainnya;
misalnya di Malaysia dan Thailand Selatan yang disebut sekolah pondok,
serta di India dan Pakistan yang disebut madrasa Islamia.
Sejarah umum
Umumnya, suatu pondok pesantren berawal dari adanya
seorang kyai di suatu tempat, kemudian datang santri yang ingin
belajar agama kepadanya.
Setelah semakin hari semakin banyak santri yang datang, timbullah inisiatif
untuk mendirikan pondok atau asrama di samping rumah kyai.
Pada zaman dahulu kyai tidak merencanakan bagaimana membangun pondoknya itu,
namun yang terpikir hanyalah bagaimana mengajarkan ilmu agama supaya dapat
dipahami dan dimengerti oleh santri. Kyai saat itu belum memberikan perhatian terhadap tempat-tempat yang didiami
oleh para santri, yang umumnya sangat kecil dan sederhana. Mereka
menempati sebuah gedung atau rumah kecil yang mereka dirikan sendiri di sekitar
rumah kyai.
Semakin banyak jumlah santri, semakin bertambah pula gubug yang didirikan.
Para santri selanjutnya memopulerkan keberadaan pondok pesantren tersebut,
sehingga menjadi terkenal kemana-mana, contohnya seperti pada pondok-pondok
yang timbul pada zaman Walisongo.
Pondok Pesantren di Indonesia memiliki peran yang sangat
besar, baik bagi kemajuan Islam itu sendiri maupun bagi bangsa Indonesia secara
keseluruhan. Berdasarkan catatan yang ada, kegiatan pendidikan agama di Nusantara telah dimulai sejak tahun 1596. Kegiatan agama
inilah yang kemudain dikenal dengan nama Pondok Pesantren. Bahkan dalam catatan
Howard M.
Federspiel- salah seorang pengkaji ke-Islaman di Indonesia,
menjelang abad ke-12 pusat-pusat studi di Aceh (pesantren disebut dengan nama Dayah
di Aceh) dan Palembang (Sumatera), di Jawa Timur dan di Gowa
(Sulawesi) telah menghasilkan tulisan-tulisan penting dan telah menarik santri
untuk belajar.
Definisi pesantren
Etimologi
Istilah pesantren berasal dari kata pe-santri-an,
dimana kata "santri" berarti murid dalam Bahasa Jawa.
Istilah pondok berasal dari Bahasa Arab funduuq (فندوق) yang berarti
penginapan.
Khusus di Aceh, pesantren disebut juga dengan nama dayah.
Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang Kyai.
Untuk mengatur kehidupan pondok pesantren, kyai menunjuk seorang santri senior
untuk mengatur adik-adik kelasnya, mereka biasanya disebut lurah pondok.
Tujuan para santri dipisahkan dari orang tua dan keluarga mereka adalah agar
mereka belajar hidup mandiri dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan dengan kyai
dan juga Tuhan.
Pendapat lainnya, pesantren berasal dari kata santri yang
dapat diartikan tempat santri.
Kata santri berasal dari kata Cantrik (bahasa Sansakerta, atau mungkin Jawa)
yang berarti orang yang selalu mengikuti guru, yang kemudian dikembangkan oleh
Perguruan Taman Siswa dalam sistem asrama yang disebut Pawiyatan.
Istilah santri juga dalam ada dalam bahasa Tamil,
yang berarti guru mengaji, sedang C. C Berg
berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri, yang dalam
bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau seorang
sarjana ahli kitab suci agama Hindu.
Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata saint (manusia baik)
dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat
berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.
Peranan
Pesantren pada mulanya merupakan pusat penggemblengan
nilai-nilai dan penyiaran agama Islam.
Namun, dalam perkembangannya, lembaga ini semakin memperlebar wilayah
garapannya yang tidak melulu mengakselerasikan mobilitas vertical (dengan
penjejelan materi-materi keagamaan), tetapi juga mobilitas horizontal
(kesadaran sosial).
Pesantren kini tidak lagi berkutat pada kurikulum yang berbasis keagamaan (regional-based
curriculum) dan cenderung melangit, tetapi juga kurikulum yang menyentuh
persoalan kikian masyarakat (society-based curriculum). Dengan demikian, pesantren tidak bisa lagi didakwa semata-mata sebagai lembaga
keagamaan murni, tetapi juga (seharusnya) menjadi lembaga sosial yang hidup
yang terus merespons carut marut persoalan masyarakat di sekitarnya.
Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua
yang merupakan produk budaya Indonesia.Keberadaan Pesantren di Indonesia dimulai sejak Islam masuk negeri ini dengan
mengadopsi sistem pendidikan keagamaan yang sebenarnya telah lama berkembang
sebelum kedatangan Islam.
Sebagai lembaga pendidikan yang telah lama berurat akar di negeri ini, pondok
pesantren diakui memiliki andil yang sangat besar terhadap perjalanan sejarah
bangsa.
Banyak pesantren di Indonesia hanya membebankan para
santrinya dengan biaya yang rendah, meskipun beberapa pesantren modern
membebani dengan biaya yang lebih tinggi.
Meski begitu, jika dibandingkan dengan beberapa institusi pendidikan lainnya
yang sejenis, pesantren modern jauh lebih murah.
Organisasi massa (ormas) Islam yang paling banyak memiliki pesantren adalah Nahdlatul Ulama (NU).
Ormas Islam lainnya yang juga memiliki banyak pesantren adalah Al-Washliyah
dan Hidayatullah.
Jenis pesantren
Seiring perkembangan zaman, serta tuntutan masyarakat
atas kebutuhan pendidikan Umum, kini banyak pesantren yang menyediakan
menu pendidikan umum dalam pesantren. kemudian muncul istilah pesantren Salaf dan pesantren Modern,
pesantren Salaf adalah pesantren yang murni mengajarkan Pendidikan Agama
sedangkan Pesantren Modern
menggunakan system pengajaran pendidikan umum atau Kurikulum.
Pesantren salafi
Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu agama Islam saja
umumnya disebut pesantren salafi.
Pola tradisional yang diterapkan dalam pesantren salafi adalah para santri
bekerja untuk kyai mereka - bisa dengan mencangkul sawah,
mengurusi empang (kolam ikan), dan lain sebagainya - dan sebagai balasannya
mereka diajari ilmu agama oleh kyai mereka tersebut. Sebagian besar pesantren salafi menyediakan asrama sebagai tempat tinggal para
santrinya dengan membebankan biaya yang rendah atau bahkan tanpa biaya sama
sekali.
Para santri, pada umumnya menghabiskan hingga 20 jam waktu sehari dengan penuh
dengan kegiatan, dimulai dari salat shubuh di waktu pagi hingga mereka
tidur kembali di waktu malam.
Pada waktu siang, para santri pergi ke sekolah umum untuk belajar ilmu formal,
pada waktu sore mereka menghadiri pengajian dengan kyai atau ustadz mereka
untuk memperdalam pelajaran agama dan al-Qur'an.
Pesantren modern
Ada pula pesantren yang mengajarkan pendidikan umum,
dimana persentase ajarannya lebih banyak ilmu-ilmu pendidikan agama Islam
daripada ilmu umum (matematika, fisika, dan lainnya).
Ini sering disebut dengan istilah pondok pesantren modern, dan umumnya
tetap menekankan nilai-nilai dari kesederhanaan, keikhlasan, kemandirian, dan
pengendalian diri.
Pada pesantren dengan materi ajar campuran antara pendidikan ilmu formal dan
ilmu agama Islam, para santri belajar seperti di sekolah umum atau madrasah.
Pesantren campuran untuk tingkat SMP kadang-kadang juga dikenal dengan nama Madrasah Tsanawiyah,
sedangkan untuk tingkat SMA dengan nama Madrasah Aliyah.
Namun, perbedaan pesantren dan madrasah terletak pada sistemnya. Pesantren
memasukkan santrinya ke dalam asrama, sementara dalam madrasah tidak.
Cabang pesantren induk
Terdapat pula suatu pondok pesantren induk yang mempunyai
cabang di daerah lain, dan biasanya dikelola oleh alumni pondok pesantren induk
tersebut.
Sebagai contoh, Pondok Modern Darussalam Gontor
yang terletak di Ponorogo, Jawa Timur mempunyai cabang pondok alumi, antara lain:
Modernisasi pesantren
Sebab-sebab terjadinya moderenisasi Pesantren
diantaranya: Pertama, munculnya wancana penolakan taqlid dengan “kembali kepada
Al-Qur’an dan sunah” sebagai isu sentral yang mulai di
tadaruskan sejak tahun 1900.
Maka sejak saat tiu perdebatan antara kaum tua dengan kaum muda, atau kalangan
reformis dengan kalangan ortodoks/konservatif, mulai mengemukan sebagai wancana
public.
Kedua: kian mengemukannya wacana perlawanan nasional atas kolonialisme belanda.
Ketiga, terbitnya kesadaran kalangan Muslim untuk memperbaharui organisasi
keislaman mereka yang berkonsentrasi dalam aspek sosial ekonomi.
Keempat, dorongan kaum Muslim untuk memperbaharui sistem pendidikan Islam.
Salah satu dari keempat faktor tersebut dalam pandangan Karel A.
Steenbrink, yang sejatinya selalu menjadi sumber inspirasi para
pembaharu Islam untuk melakukan perubahan Islam di Indonesia.
Tokoh nasional
Beberapa alumnus pesantren juga telah berkiprah di pentas
nasional, yang terkenal antara lain:
Lihat pula
Referensi
1.
^ Wahab, Rochidin. Sejarah
Pendidikan Islam di Indonesia (Bandung: Alfabeta,CV, 2004) hal.153,154
2.
^ Hielmy, Irfan. Wancana Islam
(ciamis:Pusat Informasi Pesantren,2000), hal. 120
3.
^ Fatah, H Rohadi Abdul, Taufik, M
Tata, Bisri, Abdul Mukti. Rekontruksi Pesantren Masa Depan, (Jakarta
Utara: PT. Listafariska Putra, 2005), hal.11
4.
^ HS, Mastuki, El-sha, M. Ishom. Intelektualisme
Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2006), hal.1
5.
^ Haedari, H.Amin. Transformasi
Pesantren, (Jakarta: Media Nusantara, 2007), hal.3
6.
^ Majalah Tajdid
(ciamis:Lembaga Penelitian dan Pengembangan, 2009), hal. 358.
Sumber : www.wikipedia.com
0 komentar:
Posting Komentar